Mutholaah Kitab Safinah
Rukun Islam: Lima Pilar Kehidupan Muslim
Bayangkan sebuah rumah besar yang dibangun tanpa tiang penyangga. Dari luar mungkin terlihat megah, tetapi begitu datang guncangan kecil, bangunan itu bisa roboh seketika. Begitulah hidup seorang muslim tanpa fondasi iman yang kokoh, mudah goyah ketika menghadapi cobaan atau terlena saat mendapat nikmat.
Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa Islam dibangun atas lima tiang utama yang disebut Rukun Islam. Ia bukan sekadar kewajiban formal, melainkan jalan yang menuntun kehidupan seorang muslim dari awal hingga akhir.
Dalam Matan Kitab Safinah (Safinatun Najah) karya Syekh Salim bin Samir Al-Hadhrami fiqih Madzhab Syafi’i
أَرْكَانُ الْإِسْلَامِ خَمْسَةٌ: شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامُ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ، وَحَجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا.
Terjemah Indonesia:
Rukun Islam itu lima: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuh jalannya.
1. Syahadat: Kunci Utama Kehidupan
شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ
Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad ﷺ adalah utusan Allah.
Syahadat ibarat kunci rumah. Tanpa kunci, rumah hanya bangunan kosong yang tak bisa dimasuki. Demikian pula, tanpa syahadat, semua amal tidak akan terbuka jalan menuju Allah.
Allah menegaskan:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuilah, tiada Tuhan selain Allah. (QS. Muhammad: 19)
Banyak orang hidupnya terasa gelisah meskipun memiliki segalanya. Itu karena pintu ketenangan hanya terbuka dengan syahadat yang benar-benar tertanam dalam hati. Ia adalah janji bahwa kita hanya tunduk kepada Allah, dan meneladani Rasulullah ﷺ dalam setiap langkah.
2. Shalat: Charger Hati yang Tak Pernah Habis
وَإِقَامُ الصَّلَاةِ
Mendirikan shalat.
Shalat adalah charger hati. Bayangkan sebuah ponsel canggih tanpa charger—seberapa mahal pun, ia akan mati ketika baterainya habis. Begitu pula hati kita. Tanpa shalat, ia akan padam dan kehilangan arah.
Allah berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. (QS. Al-‘Ankabut: 45)
Ada kisah tentang seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kebiasaan buruk. Ia merasa tak mampu berhenti. Namun ketika ia mulai menjaga shalat lima waktunya, sedikit demi sedikit kebiasaan itu pudar. Shalat yang konsisten memang menjadi benteng yang menguatkan jiwa.
3. Zakat: Membersihkan Kaca Hati dan Harta
وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ
Menunaikan zakat.
Zakat ibarat membersihkan kaca jendela. Kaca yang kotor membuat cahaya sulit masuk, begitu juga harta yang tak dizakati membuat keberkahan terhalang.
Allah berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
Ambillah zakat dari harta mereka, untuk membersihkan dan menyucikan mereka. (QS. At-Taubah: 103)
Seorang sahabat pernah berkata, “Harta yang kita keluarkan tidak pernah berkurang, justru semakin bersih dan bertambah manfaatnya.” Ibarat tanaman yang dipangkas agar tumbuh lebih subur, begitu pula harta yang dizakati.
4. Puasa Ramadan: Tombol Reset Jiwa
وَصَوْمُ رَمَضَانَ
Berpuasa di bulan Ramadan.
Ramadan adalah tombol reset jiwa. Ibarat perangkat yang penuh file sampah lalu dipulihkan agar kembali ringan, puasa membersihkan hati yang penuh dosa, amarah, dan nafsu.
Allah menegaskan:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ … لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Diwajibkan atas kamu berpuasa… agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183)
Banyak orang yang merasakan betapa Ramadan mampu mengubah diri. Yang biasanya mudah marah menjadi lebih tenang, yang terbiasa lalai menjadi lebih rajin beribadah. Karena Ramadan bukan hanya menahan lapar, tetapi juga melatih kesabaran, empati, dan keikhlasan.
5. Haji: Wisuda Kehidupan Seorang Muslim
وَحَجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu.
Haji adalah wisuda kehidupan spiritual. Setelah belajar melalui syahadat, shalat, zakat, dan puasa, haji menjadi penyempurna perjalanan iman.
Allah berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
Dan kewajiban manusia terhadap Allah adalah menunaikan haji ke Baitullah, bagi yang mampu. (QS. Ali ‘Imran: 97)
Ketika di tanah suci, semua status hilang. Tak ada perbedaan antara kaya dan miskin, pejabat atau rakyat biasa. Semua mengenakan pakaian putih, sama-sama berdiri di hadapan Allah. Inilah puncak pengingat bahwa di sisi Allah, yang membedakan hanyalah takwa.
Rukun Islam adalah lima tiang kehidupan seorang muslim. Syahadat sebagai kunci, shalat sebagai charger hati, zakat sebagai pembersih harta, puasa Ramadan sebagai tombol reset jiwa, dan haji sebagai wisuda penyempurna.
Jika kelima pilar ini tegak, maka bangunan iman akan kokoh menghadapi cobaan hidup. Namun bila salah satunya rapuh, kehidupan bisa kehilangan arah.
Pertanyaannya, sudahkah lima tiang ini berdiri kokoh dalam hidup kita, atau masih ada yang perlu diperbaiki sebelum rumah iman ini benar-benar tegak sempurna?
editor: anugrah24